Tokoh Wanita Muslim Terkemuka
KHADIJAH AL – KUBRA
Nabi Muhammad saw mengorbankan sebagiab besar waktunya dengan mediatasi di dalam kesunyian gua Hira. Pada suatu hari, ketika beliau sedang tekun bermeditasi, beliau menerima wahyu yang pertama. Malaikat Jibril mewahyukan kepadanya firman Tuhan yang pertama, yang termaktub dalam Quran, surat Iqra.
Nabi Muhammad menjadi sangat gelisah mendapatkan pengalaman baru itu, dan sampai di rumah beliau menggigil ketakutan, lalu berbaring di tempat tidur, suhu badannya sangat tinggi.
Istrinya, Khadijah, menjadi sangat khawatir dengan keadaan yang sangat luar biasa itu. Kemudian, Nabi dirawat dan ditanya sebab kegelisahan itu. Nabi Muhammad menceritakan seluruh kejadian tentang pengalamannya dengan wahyu pertama yang aneh.
Dengan sangat gembira Khadijah memberikan selamat karena suaminya telah diangkat ke posisi yang tertinggi, menjadi utusan Tuhan. Ia berkata, “Bergembiralah, karena Tuhan tidak meninggalkanmu.” Khadijah-lah orang pertama memeluk Islam, agama baru itu.
Khadijah binti Khuwailid, tergolong dalam keluarga Quraisy, Abd-al-Uzza, menduduki tempat terhormat sebagai istri pertama Nabi Muhammad saw.
Khadijah adalah janda kaya yang, dianugerahi sifat – sifat mulia. Karena kehidupannya yang berbudi luhur itu, beliau terkenal dengan nama Tahira. Menurut Tabaqot ibn Sa’ad, beliau adalah wanita terkaya di Mekah kala itu.
Muhammad berniaga dan terkenal di seluruh Hijaz karena kejujuran, kesetiaan dan moralnya. Karena sifat yang mulia ini, beliau dijuluki “Al-Amin” (yang dapat dipercaya).
Khadijah juga tertarik pada sifat – sifat cemerlang, pemuda Muhammad, dan menerimanya bekerja pada usaha dagangnya. Muhammad dikirim ke Basrah membawa barang dagangan Khadijah. Setelah tiga bulan – sekembalinya dari Basrah, Khajidah mengajukan lamaran untuk nikah. Waktu itu Muhammad berusia 25 tahun, dan Khadijah 40 tahun.
Pada zaman itu wanita Arab bebas menentukan kehendaknya sendiri dalam hal penikahan, oleh karena itu Khadijah langsung membicarakan lamarannya dengan Muhammad. Pada hari yang telah ditentukan, sanak keluarga Muhammad, termasuk pamannya Abu Thalib dan Hamzah, berkumpul di rumah Khadijah. Abu Thalib-lah yang memberikan kata sambutan dalam upacara pernikahan mereka.
Nabi Muhammad tidak menikah dengan wanita lain selama Khadijah masih hidup. Khadijah sempat mendampingi Muhammad selama 25 tahun lamanya setelah perkawinan, dan meninggal dunia tiga peluh tahun sebelum hijrah.
Khadijah memberikan enam orang anak, dua laki – laki : Qasim dan Abdullah, keduanya meninggal waktu masih bayi, dan empat anak wanita : Fatima az-Zahra, Zainab, Ruqaya, dan Umi Kalsum. Karena Qasim-lah kadang – kadang Nabi disebut Abul Qasim (ayah Qasim).
Anak Khadijah – Zainab dikawinkan dengan sepupu Zaenab. Kedua anak perempuan lainnya, Ruqaya dengan Usman – yang kemudian menjadi khalifah ketiga, dan Ummi Kalsum juga dengan Usman setelah Ruqaya meninggal dunia. Fatima Zahra, anak yang paling disayang Nabi, dinikahkan dengan Ali. Keturunan penerus Nabi ialah melalui anak – anak Fatima Zahra, Hasan dan Husain.
Kecuali Ibrahim yang juga meninggal dunia dalam usia muda, semua anak Nabi diperoleh dari perkawinan beliau dengan Khadijah.
Rumah kediaman Khadijah kemudian dibeli oleh Amir Muawiyah dan diubah menjadi masjid. Sampai sekarang, masjid itu masih menggunakan nama wanita agung itu.
Nabi Muhammad saw sangat menghormati dan mencintai Khajidah. Bahkan setelah Khadijah wafat pun Nabi masih sering mengenang dengan rasa sayang, syukur serta terima kasih. “Waktu semua orang lain menentang aku,” katanya, “Khadijah pendukungku; waktu semua orang masih kafir, ia telah memeluk Islam; waktu tidak seorang pun yang menolong aku, dialah penolongku.”
Kekayaan dan kedudukan yang tinggi di dalam masyarakat ternyata sangat bermanfat untuk syiar Islam. Para ulama kebanyakan mengatakan bahwa Khadijah, Fatima, dan Aisyah adalah tiga wanita Islam yang terbesar. Menurut mereka, Fatima sebagai wanita pertama, Khadijah yang kedua, dan Aisyah ketiga dalam urutan wanita – wanita terbesar di dalam Islam.
Menurut Hafiz Ibnu Qayyim, murid pengikut Imam Ibn Taimiya, jika orang memandang atas dasar hubungan darah dengan Nabi, maka Fatima-lah berada diurutan atas. Tapi kalau irang melihat siapa yang mula – mula memeluk agama Islam, dan siapa yang memberikan dukungan moril maupun materiil kepada agama baru ini, maka Khadijah-lah yang pertama dalam posisi itu; dan kalau dalam hal ilmu serta pengabdiannya dalam penyebaran agama Nabi, Aisyah tidak ada tandingannya.
Beberapa hadits Nabi memuji Khadijah. Menurut Sahih Muslim terdapat dua orang wanita yang menempati posisi tertinggi di dalam pandangan Tuhan : Mariam dan Khadijah.
Hal. 78 -79
Sumber : Seratus Muslim Terkemuka, KH. Jamil Ahmad
Penerjemah : Tim Penerjemah Pustaka Firdaus
Cet. Ke-8 : November 2003
Penerbit : Pustaka Firdaus